pada tulisan terdahulu belum saya sebutkan nama latin daripada daun Andalas.
berikut ini nama latin dan penelitian Ilmiah terkait dengan daun Andalas.
Daun Andalas = Nama lain timoho, paliasa, timanga, palisade, tengkele (sunda), dan apung-apung (Sulawesi).
Jangan salah dengan daun jati Belanda. Bentuk daun hampir sama, perhatikan pada bunganya
.
“Daun Paliasa (kleinhovia hospita linn) biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit hati, kuning, dan hepatitis. Organ hati yang sehat akan menunjang kinerja ginjal. Hati memecah beberapa senyawa yang bersifat racun serta menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. Hal ini meringankan beban ginjal.
Kandungan antioksidan tahongai juga menetralkan kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas akibat pencemaran dalam jumlah berlebih akan merusak sel-sel tubuh, menyebabkan penuaan dini, serta berbagai penyakit degeneratif, seperti arteriosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah), hipertensi, arthritis, katarak, penyakit jantung koroner, dan kanker.”
DAUN TAHONGAI (PALIASA) OBAT MUJARAB UNTUK BERBAGAI PENYAKIT
Tahukah anda penyebab sakit itu dikarenakan dua hal, yaitu : pertama ada racun yang mengendap di dalam tubuh dan yang kedua adanya peradangan yang terjadi pada organ tubuh, dan cara mengatasinya pun ada dua yaitu pertama dengan mengeluarkan racun yang mengendap dan mengeluarkannya dari dalam tubuh dan kedua mengurangi radang dan rasa sakitnya.
Nah demikianlah Tahongai bekerja, Tahongai bekerja memulihkan, menyehatkan dan memperkuat hati sehingga dapat melakukan fungsinya dengan baik yaitu: menyimpan mineral, vitamin dan gula yang akan digunakan sebagai bahan bakar, membersihkan dan menyaring racun-racun dari darah dan mengontrol produksi atau pengeluaran kolesterol. Hati juga membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifatracun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogendari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Untuk mengurangi radang dan rasa sakit , senyawa golongan kumarin, yaitu 7-hidroksi-6-metoksi kumarin (skopoletin) yang terkandung dalam Tahongai pun mulai bekerja . Senyawa ini mempunyai efek antihipertensi, antiinflamasi, dan antialergi dan dapat menghambat prostaglandin synthetase
Tahongai juga mengandung zat anti oksidan yang dapat menetralkan kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul oksigen yang reaktif. Kalau jumlahnya berlebihan dapat merusak sel-sel tubuh dapat menyebabkan penuaan dini dan berbagai macam penyakit degeneratif seperti arteriosclerosis atau pengerasan dinding pembuluh darah, hipertensi, arthritis, katarak, penyakit jantung koroner, kanker dan sebagainya.
Sehingga walhasil begitu banyak kesaksian para pengguna yang telah merasakan khasiatnya.
Menurut Hery Romadan, Herbalis dari Kaltim Tahongai merupakan herbal yang luar biasa karena mampu membantu penyembuhan secara holistik melalui pengeluaran racun/detoksifikasi dan menghentikan peradangan serta rasa sakit. Disamping itu Tahongai juga memiliki kemampuan sebagai anti alergi.
PENELITIAN ILMIAH DAUN PALIASA
Penggunaan bahan alam untuk pengobatan merupakan hal yang umum di Indonesia, terlihat dari banyaknya produk ramuan tradisional baik yang telah diolah dengan teknologi modern maupun secara sederhana yang beredar di masyarakat. Dari alam telah diperoleh berbagai macam obat-obatan seperti atropin, berbagai macam antibiotik, kina, reserpin, dan masih banyak lagi.
Mengingat hal tersebut, perlu adanya pengujian untuk membuktikan khasiat suatu bahan alam karena masih banyak yang didasarkan pada pengalaman saja. Dengan penelitian ilmiah maka akan dapat diketahui masalah yang berhubungan dengan bahan alam tersebut misalnya: khasiat, kandungan kimia serta kemungkinan pengembangan untuk digunakan dalam pengobatan modern.
Hati merupakan organ yang sangat penting dan memiliki aneka fungsi dalam proses metabolisme sehingga organ ini sering terpajan zat kimia. Zat kimia tersebut akan mengalami detoksikasi dan inaktivasi sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tubuh. Kerusakan hati karena obat dan zat kimia dapat terjadi jika cadangan daya tahan hati berkurang dan kemampuan regenerasi sel hati hilang dan selanjutnya akan mengalami kerusakan permanen sehingga dapat fatal.
Daun Paliasa (kleinhovia hospita linn) biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit hati, kuning, dan hepatitis. Penelitian pernah dilakukan Raflizar, Cornelis Adimunca, Sulistyowati Tuminah di Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta untuk menguji khasiat dan manfaat daun paliasa terhadap tikus penderita radang hati. Digunakan 63 ekor tikus putih betina strain wistar berumur 6 bulan dengan berat rata-rata (± SD) 150,28 g ± 4,45 g. Ekstrak daun paliasa diberikan per oral melalui sonde 1 ml.
Sebelum penelitian dimulai, semua tikus kecuali kelompok kontrol diberi 0,55 mg/kgbb. Larutan CCl 4 untuk merusak organ hatinya. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 7 perlakuan dan 9 ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri atas pemberian: Akuades (Kn) Kontrol negatif, CCl 4 (Kp) Kontrol positif, CCl 4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 250 mg/kg bb (P1). CCl 4 + ekstrak daun paliasa 500 mg/kg bb (P2), CCl 4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 750 mg/kg bb (P3), CCl 4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 1000 mg/kg bb (P4) serta CCl 4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 1250 mg/kg bb (P5).
Pada ketujuh kelompok tikus tersebut dilakukan pengukuran kadar SGPT plasma, kandungan peroksida lipid hati dan derajat kerusakan sel hati. Pada hari kedua atau jam ke 50, semua tikus dibunuh menggunakan larutan eter dan dilakukan pengambilan darah melalui jantung serta organ hati untuk pemeriksaan histopatologi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ketiga parameter tersebut secara statistik tidak berbeda bermakna antarmasing-masing perlakuan dengan ekstrak daun paliasa. Sebaliknya, berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok positif CCl 4 (Kp) (p0,05). Maka disimpulkan bahwa ekstrak daun paliasa dapat melindungi radang hati yang diakibatkan CCl 4. Namun, belum dapat diketahui zat kimia mana yang berkhasiat. (bs)
Daun tahongai (Kleinhovia hospita) sejak lama dimanfaatkan masyarakat Kalimantan Timur untuk mengobati penyakit hati. Para peneliti dari Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, sejak tahun 2007 berupaya mengurai data ilmiah obat alami ini.
Dalam kehidupan masyarakat, seperti komunitas Dayak di Kalimantan, dapat ditemui banyak informasi jenis obat dari berbagai tumbuh-tumbuhan. Ini informasi penting untuk memulai penelitian ilmiah,” kata Enos Tangke Arung, dosen dan peneliti pada Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, pertengahan Januari lalu, di Samarinda, Kalimantan Timur.
Enos meneliti bersama koleganya, Irawan Wijaya Kusuma, dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Hasil penelitian itu sekarang masuk di Journal of Wood Science dari Japan Wood Research Society. Penelitian itu dilakukan bersama Yong-Ung Kim, Kuniyoshi Shimizu, dan Ryuichiro Kondo dari Jepang.
Tahongai merupakan tumbuhan perdu yang banyak tumbuh secara alami di pinggiran sungai di Kalimantan Timur. Tumbuhan berdaun lunak dan selalu hijau itu kini mulai dibudidayakan sebagian masyarakat Kalimantan.
Tahongai diketahui mengandung senyawa aktif Eleutherol dan Kaempferol 3-glukosida yang berfungsi sebagai zat antioksidan. Dari penelitian, ekstrak tahongai juga mampu mematikan sel kanker hati, yaitu sel HepG2. Selain itu, mengandung senyawa golongan kumarin, yaitu 7-hidroksi-6-metoksi kumarin (skopoletin) yang mampu memberikan efek antihipertensi, antiinflamasi, dan antialergi serta dapat menghambat prostaglandin synthetase, suatu senyawa asam lemak.
Ekstraksi
Enos mengatakan, penelitian tahongai dimulai tahun 2007. Saat itu diambil sekitar 1 kilogram daun tahongai yang dikeringkan dan dilarutkan ke dalam etanol sebanyak 15 liter pada suhu 25 derajat celsius.
Selanjutnya, daun tahongai disaring dan dibuat serbuk ekstrak. Ekstrak inilah yang diteliti di laboratorium untuk mengetahui kandungannya.
Penelitian Enos pada ekstrak tahongai yang pertama mendapatkan Kaempferol 3-glukosida. Pada ekstrak tahongai berikutnya didapatkan Eleutherol. Keduanya merupakan senyawa antioksidan untuk meningkatkan sistem ketahanan tubuh.
Penelitian daya hambat tahongai terhadap sel kanker hati HepG2 juga dikembangkan. Penelitian ini memanfaatkan L-glutamine 10 persen fetal bovine serum, sodium bicarbonate, streptomisin 100 mikrogram per mililiter, dan penisilin 100 mikrogram per mililiter.
”Dari hasil pembuktian secara ilmiah ini, kami mendukung usaha pemasaran tahongai,” kata Enos.
Enos menggandeng sebuah kelompok usaha kecil dan menengah di Samarinda untuk mengemas daun tahongai seperti teh celup, kemudian dipasarkan ke sejumlah daerah.
Secara umum, penjelasan kinerja tahongai untuk mengobati penyakit hati adalah mengeluarkan racun dan mengobati peradangan yang terjadi pada hati. Senyawa golongan kumarin pada tahongai berfungsi mengurangi rasa sakit akibat peradangan hati.
Senyawa pada tahongai mampu memulihkan dan memperkuat hati sehingga bisa menjalankan fungsinya kembali seperti menyimpan mineral, vitamin, dan gula untuk bahan bakar tubuh. Hati juga berfungsi membersihkan racun yang beredar dalam darah serta mengontrol produksi kolesterol dan pengeluaran kolesterol.
Organ hati yang sehat akan menunjang kinerja ginjal. Hati memecah beberapa senyawa yang bersifat racun serta menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi. Hal ini meringankan beban ginjal.
Kandungan antioksidan tahongai juga menetralkan kerusakan sel-sel tubuh yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas akibat pencemaran dalam jumlah berlebih akan merusak sel-sel tubuh, menyebabkan penuaan dini, serta berbagai penyakit degeneratif, seperti arteriosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah), hipertensi, arthritis, katarak, penyakit jantung koroner, dan kanker.
Menurut Enos, tahongai diharapkan dapat menyembuhkan hepatitis A dan hepatitis B. Saat ini tanaman obat tradisional itu masih perlu pengembangan untuk menjadi obat.
*(Catatan: di Kutip dari beberapa Sumber
Mengenal daun Andalas di Kismantoro-Wonogiri
Monday, March 30, 2015
Saturday, March 7, 2015
Diantara
semua orang; baik itu yang tua, yang muda, laki-laki, maupun perempuan tidak
ada yang ingin sakit.
Sakit itu
tidak enak.
Ketika dalam
keadaan sakit, baru nyadar bahwa Sehat itu TERNYATA MAHAL Harganya..!
Untuk menjaga
diri agar tetap Sehat, setidaknya harus menerapkan pola hidup sehat dan rajin
Olah raga.
Selain itu,
jika melihat unsur dominan dalam tubuh manusia adalah air, selama air (dan
darah) tersirkulasi normal ke seluruh tubuh, tidak ada sumbatan dan semuanya mengalir
lancar, sudah pastilah sakit itu tidak akan datang.
Ada daun
Andalas, daun ini di Kismantoro – Wonogiri pertama kali di tanam oleh Almarhum
Bpk. Warno yang di bawa dari rumah keponakannya di Kreo Ciledug (Kota Tangerang),
yang di Kreo di bawa dari Balikpapan.
Entah apa nama
asli daun ini, oleh si pembawa dari Kalimantan ini secara spontan di beri nama daun andalas.
Alkisah;
ketika tanaman yang di bawa dari Kalimantan sudah tumbuh subur di Pekarangan
rumahnya di Kreo-Ciledug Kota Tangerang, Beliau menderita susah pipis, dan
sekalinya pipis rasanya sakit yang sungguh luar biasa.
Beliau
teringat pesan dari pemberi bibit tanaman dari pedalaman Kalimantan kala itu;
Lalu di
petiklah daun hijau-nya, kemudian di Rajang sebagaimana merajang tembakau.
Tidak harus
menunggu kering, lalu di rebus dalam kuwali tanah, dan di tunggu sampai suhu
suam-suam kuku.
Tiba pada hari
ke empat beliau minum ramuan daun yang akhirnya di beri nama daun Andalas ini, saluran
pipisnya seperti ada yang menyumbat, namun tetap di dorong dengan sekuat
tenaga. Ketika bisa keluar “BROL….” Laksana bendungan yang jebol, terlihat air
seni-nya berwarna kehitaman dan bau yang tidak enak.
Setelah itu,
tetap meminum jamu ramuan tersebut, dan setelah beberapa kali pipis, air
seninya sudah pulih; lancar, bening, dan tidak bau.
Pengalaman
tersebut di tularkan ke teman-teman yang beliau kenal.
Sampai
akhirnya, banyak yang mencoba untuk menyembuhkan sakit “Kencing Batu”
Dan Hasilnya
sungguh menakjubkan, kurang dari dua minggu meminuim ramuan rebusan daun
Andalas batu yang bersarang di kantung kemih langsung SIRNA.
Berikut ini
gambaran daun Andalas dan cara mengolah sampai dapat di minum menjadi JAMU.
Ini bentuk daun yang di sebut daun andalas: Tampak dalam Gambar 1 dan 2
Gb. 1
Gb.2
Merajang daun Andalas dengan pisau dan telenan: Tampak Gambar 3
Gb.3
Setelah di rajang, tidak perlu di jemur di bawah terik matahari, cukup di angin-anginkan dalam suhu ruangan Tampak dalam Gambar 4
Gb.4
Merebus daun Andalas tidak di perkenankan dengan panci logam, gunakan bahan dari tanah liat. seperti tampak dalam Gambar 5
Gb.5
Hasil rebusan berwarna coklat bening seperti air teh. sekali minum 1 gelas 3 x sehari. Lihat Gambar 6
Gb.6
1. Tanaman Andalas seperti dalam Cerita dapat di jumpai dan minta GRATIS di Kismantoro Wonogiri-Jawa Tengah.
2. Cikarang Jawa Barat di rumah Bpk. ID FB. Budwi Hantoro
3. Di Depok Jawa Barat, di rumah Bpk. ID FB. Edy Kismantoro
Selamat mencoba
Subscribe to:
Posts (Atom)